Hey, what's up??
Big day for you today, cause it's a present, bro'...


Jumat, 16 Agustus 2013

Harus Syawal-kah??

Menurutmu, apa yang kami harus putuskan??
 
Rasul menikahi Aisyah di bulan Syawal, dan berkumpul dengannya di bulan Syawal. Rasul pun menganjurkan pada umatnya agar menikah sebaiknya di bulan Syawal.

Atas saran tersebut pula, kita berdua berniat hendak melangsungkan pernikahan di bulan Syawal. Hanya keinginan kita berdua, karena pihak keluargamu dan keluargaku masih berprinsip pada realita, yaitu selesaikan kuliahku dulu baru dibolehkan menikah. Sedangkan sidang skripsiku bakal diundur di ujung Syawal ini. Belum lagi menunggu jadwalnya, setelah itu harus selesaikan revisi, hardcovernya juga harus rampung, setelah semuanya selesai baru boleh disebut sarjana.

Antara menuruti keinginan kita dan mengikuti aturan realita, aku disudutkan pada pilihan yang berat. Keinginanmu menikah di bulan Syawal, adalah salah satu impian terbesar dalam hidupmu. Sebagai calon suami idaman, aku harus menghormati itu. Sebaliknya, keridhoan keluarga adalah pertimbangan lain yang harus dipikirkan juga olehku. Berlatar belakang keluarga yang dibilang kurang maksimal dalam hal ekonomi, sedikit berat rasanya bagiku bertindak sedikit memaksa. 

Yang membuatku dilema, jika tidak jadinya kita menikah di bulan Syawal, khawatir nantinya ketika kita telah menikah dan hidup bersama, adalah kekecewaan yang berujung pada penolakanmu untuk berbakti. Mungkin di awal akan penuh dengan gairah cinta yang membara, tanpa mempedulikan beragam kendala. Tapi nanti, ketika cinta telah mulai menipis oleh usia, rasa sayang yang mulai kendor oleh terbaginya perhatian, sedikit saja hati tergores luka, aku takut rasa kecewamu karena bukan menikah di bulan Syawal, akan menyulut kebencian dalam rumah tangga, akibatnya akan berujung pada perpisahan, na a'udzubillah summa na a'udzubillah...
Aku sungguh tidak ingin hal itu terjadi.

Hanya satu permintaanku, seandainya kita benar-benar tidak ditakdirkan menikah di bulan Syawal, atau diundur di bulan lain, mohon agar hatimu ikhlas menerima kenyataan, ridho terhadap takdir yang telah Allah tentukan. Karena apapun yang menurut kita terbaik, belum tentu terbaik menurut Allah, karena Allah-lah yang Maha Tahu yang ghaib, Allah Maha Tahu masa depan kita. Jika sudah demikan, engkau dan aku ikhlas karena Allah, hati pun akan tentram dan damai, yang akan berdampak pada ketenangan kita beribadah.

Semoga kita tetap diberi ketabahan terhadap segala keinginan yang bertolak dengan kenyataan, dan tetap sabar atas impian yang berbentur dengan realita.